Puskesmas memiliki tanggungjawab besar pada barisan terdepan upaya pelayanan kesehatan terutama bagi penduduk berpenghasilan menengah kebawah (miskin). Penduduk miskin rela antri lama demi memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas. Berbeda halnya dengan penduduk mampu yang umumnya memilih berobat ke klinik praktek swasta guna menghindari antrian(Deber 2002; Hasanbasri 2007).
Berbagai literatur rujukan tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan primer puskesmas menunjukkan bahwa kunci dari pelayanan kesehatan yang dihargai oleh pasien adalah yang berpusat pada pasien (patient-centered), termasuk juga waktu yang dihabiskan dengan dokter, kesediaan dokter untuk mendengarkan keluhan pasien, dan harapan pada pengobatan yang diperoleh (Anderson et al. 2007; Ill 2009 ).
Istilah – istilah seperti pasien adalah raja, patien oriented, dan patien centered sering kita dengar, namun belum sepenuhnya menjadi roh dalam upaya pelayanan kesehatan. Donald M. Berwick mengemukakan sebuah definisi baru patient-centered care yaitu transparansi pelayanan (pemberian informasi yang lengkap, sesuai yang diinginkan individu pasien), individualisasi, pengakuan, penghormatan, martabat, dan pilihan dalam segala hal, tanpa kecuali, berkaitan dengan seseorang orang, kenyataan, dan hubungan yang baik dalam pelayanan kesehatan(Berwick 2009).
Epstein dkk 2010 berpendapat bahwa para pembuat kebijakan mencari cara untuk memajukan pelayanan patien centered. Dimulai dengan mendefinisikan patien centered tersebut, kemudian beralih ke "Mengapa" upaya tersebut perlu dilaksanakan berdasarkan dengan bukti-bukti empiris terkait dengan peningkatan kepedulian kepada pasien dan akhirnya, kita beralih ke "bagaimana" yaitu mendetailkan langkah-langkah bahwa para pembuat kebijakan dapat mengejar upaya untuk memajukan palayanan yang patien centered melalui dukungan organisasi, seperti kebijakan akses terbuka, prosedur untuk mendukung koordinasi perawatan, informasi teknologi yang memfasilitasi komunikasi yang efektif dan peningkatan mutu berkelanjutan, dan pelatihan komunikasi untuk tim perawatan kesehatan serta melalui upaya untuk memantau dan memperkuat kualitas hubungan dan interaksi pasien dan dokter. (Epstein et al. 2010)
Pelayanan yang berkualitas merupakan harapan terbesar bagi setiap pasien puskesmas. Beberapa usaha yang dilakukan puskesmas di Indonesia misalnya dalam mengupayakan pelayanan kesehatan yang pasien centered diantaranya dengan mendatangi pasien di rumah http://www.antaranews.com/berita/481358/puskesmas-manokwari-terapkan-pelayanan-jemput-pasien bukan hanya pelayanan sesuai standar, penghargaan terhadap pasien juga merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan puskesmas dalam pelayanannya kepada masyarakat kurang mampu seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta http://kabarinews.com/bawa-ktp-gratis-berobat-di-puskesmas/33823
Salah satu upaya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan puskesmas yang patient centered adalah dengan seleksi manajer puskesmas yang memiliki jiwa melayani pasien terutama yang kurang mampu http://kebebasaninformasi.org/2013/04/08/lelang-jabatan-dimulai-tanpa-info-di-web-dki/. Beberapa usaha yang dilakukan diantaranya adalah seleksi menggunakan sistem lelang jabatan beserta kejelasan kontrak kinerjanya, perbaikan dan dan pelaksanaan program yang mendukung konsep patien centered tersebut.
Upaya kearah pelayanan yang patien centered tersebut harus dimulai dari komitmen pemimpin yang didukung sistem yang baik. Sistem pembiayaan memegang peranan penting yang harus diupayakan pemerintan DKI Jakarta. Setiap kebijakan baru tentu perlu penyesuaian dan pasti menghadapi komplain baik dari tenaga kesehatan puskesmas sendiri begitu pula dari masyarakat yang belum terbiasa. Namun dengan usaha yang baik dan terfokus kendala tersebut secara bertahap akan dapat diatasi http://metro.tempo.co/read/news/2015/08/16/083692290/petuah-ahok-untuk-kepala-dinas-kesehatan-ini-isinya.
Pasien tidak akan hanya menjadi pengguna pelayanan tetapi juga lebih terlibat dan "bertanggung jawab" terhadap upaya pelayanankesehatan mereka(Hibbard 2004, p.133). Pemerintah DKI Jakarta menjadikan pasien/masyarakat dalam fungsi pengawasan pelayanan kesehatan puskesmas agar pelayanan dapat ditingkatkan kualitasnya http://ahok.org/berita/news/btp-ingatkan-agar-pelayan-kesehatan-bersikap-ramah/ bahkan pelayanan kesehatan dari tingkat Puskemas harus bisa dilakukan layaknya pelayanan hotel bintang lima atau pelayanan terbaik http://ahok.org/berita/news/video-basuki-ingin-puskemas-berikan-pelayanan-maksimal/.
Anderson, R., Barbara, A. & Feldman, S., 2007. What patients want: A content analysis of key qualities that influence patient satisfaction. The Journal of medical practice management : MPM, 22( 5), pp. 255–61. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17494478.
Berwick, D.M., 2009. What "Patient-Centered" Should Mean: Confessions Of An Extremist. Health Affairs, No. 4, pp. 555–565.
Epstein, B.R.M. et al., 2010. Why The Nation Needs A Policy Push On Patient-Centered Health Care. Health Affairs, (August), pp. 1489–1495.
Hibbard, J.H., 2004. Moving Toward A More Patient-Centered Health Care Delivery System. Health Affairs, pp. 133–135.
Ill, C., 2009. Development of a Tunisian Measurement Scale for Patient Satisfaction : Study case in Tunisian Private Clinics. International Journal of Human and Social Science, 4( 8), pp. 565–573.
http://www.antaranews.com/berita/481358/puskesmas-manokwari-terapkan-pelayanan-jemput-pasien diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 11.09 WIB
http://kabarinews.com/bawa-ktp-gratis-berobat-di-puskesmas/33823 diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 11.15 WIB
http://kebebasaninformasi.org/2013/04/08/lelang-jabatan-dimulai-tanpa-info-di-web-dki/ diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 11.22 WIB
http://metro.tempo.co/read/news/2015/08/16/083692290/petuah-ahok-untuk-kepala-dinas-kesehatan-ini-isinya. diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 17.22 WIB
http://ahok.org/berita/news/btp-ingatkan-agar-pelayan-kesehatan-bersikap-ramah/ diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 17.29 WIB
diakses pada kamis 23 Oktober 2015 jam 17.37 WIB
--
Eko Sriyanto
Health Policy and Management
Gadjah Mada University
Yogyakarta, Indonesia
Health Policy and Management
Gadjah Mada University
Yogyakarta, Indonesia
5 comments:
Sebagai manajer, bagaimana membuat masyarakat miskin untuk dapat ikut serta dalam melakukan pengawasan pelayanan kesehatan, karena online yang selama ini sudah dilakukan,, kurang berhasil untuk masyarakat miskin sebagai sasaran utama pelayanan kesehatan. Karena untuk online saja,tentu lah tidak memungkinkan bagi golongan ini. Langkah apa yg efektif dan efisien untuk golongan menengah ke bawah ini? Maturnuwunnnnnn pak Eko atas jawabannya....
Sebagai manajer, bagaimana membuat masyarakat miskin untuk dapat ikut serta dalam melakukan pengawasan pelayanan kesehatan, karena online yang selama ini sudah dilakukan,, kurang berhasil untuk masyarakat miskin sebagai sasaran utama pelayanan kesehatan. Karena untuk online saja,tentu lah tidak memungkinkan bagi golongan ini. Langkah apa yg efektif dan efisien untuk golongan menengah ke bawah ini? Maturnuwunnnnnn pak Eko atas jawabannya....
Saya setuju dg konsep pelayanan 'patient canrered..pasien adalah raja ,namun u mensinkronkan antara ' want n need dari sisi pasien kadang yang susah terealisasi.jadi ada tindakan yang APS atau sebaliknya penolakan atas tindakan tertentu.Dan inform-consent mgk sebagai solusi.di pelayanan primer apakah hal ini juga diperlukan.atau ada strategi lain dari manager dalam hal ini..Nuwuun .tq p Eko.
Sekali lagi yang ditekankan editorial ini ialah merubah dan mempengaruhi mindset manajer dalam pelayanan tersebut melalui keteladanan pimpinan, didukung oleh komitmen pemimpin (gubernur DKI Jakarta,dalam contoh disini) dengan melaksanakan lelang jabatan disertai kejelasan kontrak serta reward dan punisment sebagai upaya untuk memperbaiki hal tersebut..untuk saat ini usaha yang dilakukan oleh gubernur DKI Jakarta adalah Respon/reaksi cepat SMS Ahok, lihat alurnya di http://ahok.org/berita/news/proses-pengolahan-aduan-anda-di-tim-respons-cepat-sms-ahok/ , artinya salah satu "tool" untuk itu bisa dengan menggunakan sistem SMS, yang tentunya biaya sistem pengawasan masyarakat lewat SMS tersebut terjangkau penduduk miskin..sedangkan untuk tindaklanjut laporan kembali dari kebijaksanaan penyedia layanan apakah mau memperbaiki atau tidak, untuk kasus disini ahok dengan tegas akan menindak bawahannya yang memberikan layanan buruk kepada masyarakat... demikian bu Deffi..nuwuun
Iya tentu bu Susi, sepengetahuan dan pengalaman karena isteri saya yang berprofesi bidan desa di daerah terpencil, Informed Consent amat sangat diperlukan, sebagai satu satunya "tool" yang dapat dipergunakan tenaga kesehatan jika terjadi gugatan hukum dikemudian hari, tentu sangat diperlukan, termasuk dipuskesmas dan jaringannya yang merupakan unit layanan kesehatan primer, strategi lain banyak, cuma belum secara baik dan utuh dilakukan unit layanan kesehatan dan sektor terkait guna membumikan patient centered tersebut, seperti sistem rujukan yang baik, layanan ANC dan PNC dll.. yang sesuai dengan tujuan pelayanan serta klien spesifik yang dilayanani.. demikian terimakasih....
Post a Comment