Tekanan pada job description
Coba pelajari contoh ini dan tolong contoh dalam program kesayangan anda..
http://www.napnapcareerguide.com/wp-content/uploads/2013/01/Sample-Contract-for-NP-or-PNP-in-Primary-Care-Setting.pdf
POSYANDU BALITA
Health Policy and Management
Integrating HIV-AIDS Care and Treatments with Task Shifting from Doctor-led Hospital to Nurse led-in PHC (spesial for Rural Area)
Policy Analysis Paper- Integrating HIV-AIDS Care and Treatments with Task Shifting
from Doctor-led Hospital to Nurse led-in PHC (spesial for Rural Area)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Oliva Virvizat Prasastin
Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (KMPK) 2014
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Integrating HIV-AIDS Care and Treatments with Task Shifting
from Doctor-led Hospital to Nurse led-in PHC (spesial for Rural Area)
Kasus HIV-AIDS diperkirakan mancapai 25 juta lebih orang di dunia dengan rata-rata 2 juta kematian per hari di tahun yang sama. Sementara lebih dari 90% dari semua infeksi HIV baru muncul di negara-negara berkembang. Tercatat dari Januari-September 2014 sejumlah 22.869 kasus HIV dan 1.876 kasus AIDS dengan 70,4% pada kelompok berisiko infeksi HIV usia 25-49 tahun (usia produktif).[1] Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa kasus HIV-AIDS secara global dalam beberapa tahun ini terus mengalami peningkatan. Akses pelayanan dan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan merupakan salah satu hambatan dalam mencapai akses universal perawatan dan pengobatan HIV-AIDS.[2] Sebagai contoh, kaitannya dalam hal penyediaan 1000 obat antiretroviral (ART) ditangani oleh 1 atau 2 dokter dibantu oleh 7 perawat dan 3 petugas/staff bagian farmasi dan beberapa orang/relawan dari community involvement setempat.[3] Selain itu, program kesehatan yang berkaitan dengan upaya penanggulangan HIV-AIDS telah dilakukan, dari mulai upaya preventif, promotif, kuratif hingga rehabilitatif. Akan tetapi selama ini pelaksanaan penanggulangan HIV-AIDS lebih dominan kuratif dan rehabilitatif, itupun berada di Rumah Sakit, sedangkan untuk preventif dan promotif yang dilaksanakan oleh Puskesmas bersama dengan Dinas Kesehatan serta kerjasama dengan kelompok komunitas tertentu atau LSM terkait dirasa belum optimal. Puskesmas sebagai garda utama dalam memberikan pelayanan kesehatan secara adil dan merata bagi masyarakat perlu memberikan program inovasi terkait HIV-AIDS agar lebih efektif dan efisien, baik bagi pemberi layanan kesehatan maupun pasien.
Oleh karena alasan diatas, maka Puskesmas dimana merupakan pusat penyediaan pelayanan kesehatan primer, salah satunya adalah untuk HIV-AIDS maka sebaiknya dilaksanakan integrasi program pelayanan dan pengobatan HIV-AIDS dengan metode "task shifting dari doctor led- hospital ke nurse led-PHC" di dalam layanan tersebut. Task shifting (pengalihan tugas) merupakan proses delegasi pemindahan tugas dimana terdapat kekurangan tenaga kesehatan yang diharapakan dengan adanya pengalihan tugas tersebut menjadikan lebih efisien dan efektif. Task shifting sebenarnya bagian dari pendekatan kesehatan masyarakat yang memiliki prinsip-prinsip kesederhanaan, keadilan, standarisasi dan desentralisasi bagi pasien yang menjalani terapi antiretroviral.[4] Program ini lebih cocok jika diterapkan di daerah pedesaan dengan keterbatasan akses pelayanan sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan.
Di dalam program integrasi "doctor led- hospital ke nurse led-PHC" bukan berarti pasien tidak ditangani oleh dokter. Pasien tetap mendapatkan pengawasan dari dokter setelah perawatan dan pengobatan dari perawat. Dokter memeriksa perkembangan (progress) penyakit yang selanjutnya dikembalikan kepada perawat untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan lebih lanjut. Metode ini dirasa sangat efektif dan efisien, terlebih untuk daerah pedesaan dimana rasio antara jumlah dokter dengan penderita HIV-AIDS sangat besar yang menyebabkan ketidak efektifan dan ketidak efisienan dalam memberikan pelayanan perawatan dan pengobatan pasien dengan HIV-AIDS. Selain itu, perawatan HIV-AIDS pada doctor led- hospital membuat ketergantungan dalam kemampuan sclae-up antiretroviral. World Healt Organizaation (WHO) pun merekomendasikan adanya "task shifting" atau pengalihan tugas dengan mendelegasikan tugas tersebut kepada petugas yang memiliki kualifikasi.[5] Untuk menguatkan program tersebut, dalam melaksanakan tugas melalui pergeseran model dan kualitas perawatan dalam program integrasi perawatan HIV-AIDS melalui "task shifting dari doctor led-hospital ke nurse led- in primary healthcare' dibutuhkan dukungan dan pelatihan sumber daya manusia (SDM) khususnya perawat yang akan dilimpahi tugas tersebut.
Beberapa negara berkembang seperti Rwanda, program yang hampir sama terkait "task shifting nurse-centered in primary health care", hanya saja lebih spesifik ke pendampingan pemberian dan pengobatan antiretroviral. Hasil menunjukkan bahwa perawat cukup baik dan efektif serta aman dalam meresepkan antiretroviral (ART) ketika diberikan pelatihan yang memadai, mentoring dan dukungan. Metode serupa juga digunakan di daerah pedesaan negara Kenya. Mereka cukup berhasil dalam menjalankan program integrasi tersebut selama kurang lebih 2 tahun dan sampai sekarang terus dimonitoring dan dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan pasien.[6] Kemudian Mozambique dimana menggunakan pendekatan program vertikal dari Rumah Sakit yang kekurangan sumber daya manusia (SDM) untuk penanganan pasien dalam perawatan pemberian dan pengobatan antiretroviral dialihkan ke Puskesmas dengan mengintegrasikan layanan tersebut ke sektor publik dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dengan adanya integrasi di sektor publik maka pelayanan HIV-AIDS Care and Treatments dapat memperkuat sistem di Puskesmas lebih luas jangkauannya.[7] Hasil penilaian terhadap program "Streamlining Tasks and Roles to Expand Treatment and Care for HIV" (STRECH) di negara yang sebagian besar penduduk terinfeksi HIV-AIDS, Afrika Selatan memberikan hasil yang aman melalui pemberian pelatihan, penjangkauan dan pendidikan bagi perawat untuk memulai dan meresepkan kembali obat antiretroviral (ART) dengan adanya pengalihan tugas perawatan bagi pasien orang dengan HIV-AIDS (ODHA).[8]
Dengan adanya integrasi program pelayanan dan pengobatan HIV-AIDS melalui metode "task shifting dari doctor led- hospital ke nurse led-PHC" memiliki manfaat, seperti pelayanan berkesinambungan dan menyeluruh, meningkatkan akses dalam perawatan, hemat biaya, memungkinkan lebih banyak orang memilih melakukan perawatan, meningkatkan retensi dalam perawatan dan meningkatkan kunjungan pasien rawat jalan.[9] Pada intinya dengan adanya program tersebut seharusnya tidak merusak tujuan utama dalam meningkatkan manfaat dan hasil bagi pasien dan kesehatan masyarakat pada umumnya.
Pengalihan tugas dimana fungsinya menjadi lebih luas dalam pemberian kontribusi, penjangkauan atau pemberian pelayanan pada pasien orang dengan HIV-AIDS (ODHA) atau masyarakat pedesaan pada umumnya memberikan dorongan untuk menghadapi tantangan-tantangan di era yang serba dalam pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan kedepan agar program integrasi pelayanan HIV-AIDS melalui metode "task shifting dari doctor led- hospital ke nurse led- in primary healthcare" menjadi lebih baik lagi diperlukan upaya-upaya seperti menjaga kualitas dan keamanan, mengatasi perlawanan profesional (dengan training misalnya) dan institusional, mempertahankan motivasi dan kinerja serta mencegah kematian tenaga kesehatan dari HIV-AIDS.[10] Selain itu, dari segi infrastuktur, sarana dan prasarana terutama laboratorium beserta perlengkapannya, manajemen obat antiretroviral (ARV), manajemen penanganan pasien, Sumber Daya manusia (SDM) serta sistem payment dalam pembagian dan penanganan jasa dalam pelayanan HIV-AIDS di Puskesmas harus ditingkatkan kualitasnya. Tidak kalah penting dari pelaksananaan program integrasi pelayanan HIV-AIDS melalui metode "task shifting dari doctor led- hospital ke nurse led- in primary healthcare" adalah dukungan dan kerjasama dari stakeholders yang ada, seperti Pemerintah daerah, Dinas Kesehatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas-komunitas khusus yang ada di masyarakat. Terlebih secara teknis peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan komunitas-komunitas khusus yang ada di masyarakat besar kontribusinya karena pendekatan dengan masyarakat lebih mudah sehingga dalam mendiseminasikan, mengkomunikasikan dan mengedukasi masyarakat lebih bisa memberikan dampak dan respon yang baik pada masyarakat.
[1] Ditjen PP & PL, Kementerian Kesehatan RI, 2014.
[2] Shumbusho F, van Griensven J, Lowrance D, Turate I, Weaver MA, et al. (2009) Task Shifting for Scale-up of HIV Care: Evaluation of Nurse-Centered Antiretroviral Treatment at Rural Health Centers in Rwanda. PLoS Med 6(10): e1000163. doi:10.1371/journal.pmed.1000163
[3] World Health Organization. "Task shifting to tackle health worker shortages."Geneva: WHO (2007).
[4] World Health Organization. "Task shifting to tackle health worker shortages."Geneva: WHO (2007).
[5] Shumbusho, Fabienne, et al. "Task shifting for scale-up of HIV care: evaluation of nurse-centered antiretroviral treatment at rural health centers in Rwanda."PLoS medicine 6.10 (2009): 1139
[6] Odeny, Thomas A., et al. "Integration of HIV care with primary health care services: effect on patient satisfaction and stigma in rural Kenya." AIDS research and treatment 2013 (2013).
[7] Pfeiffer, James, et al. "Integration of HIV/AIDS services into African primary health care: lessons learned for health system strengthening in Mozambique-a case study." Journal of the International AIDS Society 13.1 (2010): 3.
[8] Fairall, Lara, et al. "Task shifting of antiretroviral treatment from doctors to primary-care nurses in South Africa (STRETCH): a pragmatic, parallel, cluster-randomised trial." The Lancet 380.9845 (2012): 889-898
[9]Crowley, Talitha, Ethelwynn L. Stellenberg. "Integrating HIV care and treatment into primary healthcare: Are clinics and equipped?." African Journal of Primary Health Care & Family Medicine 6.1 (2014): 1-7.
[10] Zachariah, R., et al. "Task shifting in HIV/AIDS: opportunities, challenges and proposed actions for sub-Saharan Africa." Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene 103.6 (2009): 549-558.