The Efficiency Of Motorcycle Ambulances For Referral Of Obstetric emergency In Rural

Rahman - KMPK IKM FK UGM

Editorial 2: 2 November 2015

Tujuan pembangunan Millenium Development Goals yang kelima (MDGs 5) adalah pengurangan 75% dalam rasio kematian ibu (AKI), analisis penurunan angka kematian ibu di 181 negara antara tahun 1980-2008 menunjukan bahwa rata-rata penurunan tahunan secara global sebesar 1,3%. Adapun negara-negara yang dianggap berhasil menurunkan AKI seperti India dengan persentase penurunan sebesar 4%, Mesir 8,4% sementara Indonesia hanya mampu menurunkan AKI sebesar 0,6%. Penurunan AKI sangat berkaitan dengan tingkat fertilitas, pendapatan per kapita yang mungkin berpengaruh terhadap AKI lewat faktor nutrisi dan kemampuan mengakses pelayanan, tingkat pendidikan ibu dan persentase  persalinan yang  ditolong oleh tenaga terlatih. (Hogan et al., 2010).
Di Indonesia Angka kematian ibu mengalami penurunan dengan jumlah kematian ibu dari 390/100.000 lahir hidup pada tahun 1991 menjadi 334/100.000 pada tahun 1995, 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000, kemudian mengalami penurunan yang secara signifikan pada tahun 2007 dengan jumlah kematian 228, yaitu dua kali lipat dari taret Millenium Development Goals 2015 yaitu 102/100.000 lahir hidup, kemudian berdasarkan data yang dikumpulkan dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 menunjukan angka nasional AKI sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. (BPS & ICF, 2013)
Source: IDHS, 1990-2007 & BPS et al., 2013.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Indonesia gagal dalam mencapai target MDGs dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, angka ini menunjukan ketertinggalan dari Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia seperti Malaysia (29), Thailand (26), Vietnam (49), Filpina (120) dan Cina (32).(Hogan et al., 2010)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassabeum dengan judul "Global, regional, and national levels and causes of maternal mortality during 1990 – 2013 : a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2013 ditemukan bahwa secara global penyebab terbesar kematian ibu adalah perdarahan ibu. Pola penyebab kematian ibu bervariasi menurut wilayah. Didaerah- daerah yang berpenghasilan tinggi pada tahun 2013 penyebab utama adalah penyebab langsung dimana kematian ibu berhubungan dengan aborsi, kemudian menyusul pendarahan, penyebab langsung, hipertensi, sepsi dan obstruksi. Sementara, penyebab paling penting dinegara-negara lain berpenghasilan rendah atau dinegara-negara berkembang pendarahan adalah penyebab paling utama terhadap kematian ibu.(Kassebaum et al., 2014)  
Secara nasional, ditujukan bahwa penyebab kematian ibu hamil karena perdarahan pasca persalinan (20%), eclampsia (16%), hipertensi dan oedem (9%), pre eclampsia (7%), gangguan kardiovaskuler (6%), abortus (4%), sepsis pupureal (4%), gangguan pernapasan (4%), pendaraha anterpartum (2%).
Berdasarkan pada permsalahan tersebut, maka diperlukan penanganan yang lebih komprehensif dari tenaga profesional (WHO, ICM, & FIGO, 2004). Ibu hamil tidak ada pilihan lain kecuali saat persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan yang cepat dan tepat. Apalagi ibu hamil yang beresiko tinggi, jika penanganannya terlambat dan tidak ada persiapan terlebih dahulu maka akan berakibat pada kematian. Oleh karena itu, perlu ada inovasi-inovasi yang perlu ditempuh dalam meningkatkan kesatuan operasional dan pengembangan antara RS PONEK dan Puskesmas PONEK.
Sebagian besar kematian ibu terjadi pada saat dirujuk dan ketika sampai dirumah sakit rujukan. Hal itu sejalan dengan penlitian yang dilakukan di Papua dan NTT, kematian masih banyak yang meninggal dihulu, tetapi kematian di RS rujukan juga mulai meningkat. (KIA, 2015). Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan untuk layanan kegawatdaruratan kebidanan, keterlambatan dalam menerima perawatan dan faktor sosial budaya menjadi penyebab kematian. (Hofman, Dzimadzi, Lungu, Ratsma, & Hussein, 2008)
Fenomena keterbatasan akses terhadap pelayanan menjadi salah satu penyebab yang paling fundamental terutama didaerah-daerah kepulauan. Hal ini, bukan hanya  menjadi fenomena nasional bahkan menjadi fenomena global dinegara-negara berkembang. (Hofman et al., 2008). Orang tinggal jauh memiliki kesulitan meng- akses fasilitas kesehatan (Hasanbasri, 2012).
Menurut saya, berbagai kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah, begitu tidak memberikan dampak yang begitu signifikan dan itu terbukti dengan tidak tercapainya target MDGs adalah tidak memanfaatkan sumber daya lokal. Mengabaikan sumber daya lokal dan keterlibatan masyarakat. alternatif tersebut menjadi sangat efektif dan efisien dalam mendukung penurunan kematian ibu. ". Hasanbasri (2012) berbagai persoalan didaerah terpencil terkait dengan penempatan tenaga profesional, penggunaan perawat keliling  dan lemahnya ketersediaan ambulans dari fasilias kesehatan, maka peran partisipasi masyarakat menjadi sangat penting untuk membantu sistem antar masyarakat ke fasilitas kesehatan terdekat. Program desa siaga menegaskan salah satu progam yang memanfaatkan kendaraan warga masyarakat sebagai "ambulans desa".
 Ketersediaan sepeda motor milik  warga sebagai  ambulans untuk rujukan kebidanan kegawatdaruratan menjadi sangat penting terutama di desa atau daerah terpencil yang sulit akses ke layanan kesehatan karena masih kurangnya alat transportasi. (Hofman et al., 2008). Ibu-ibu miskin didaerah terpencil, maka tidak ada pilihan lain melainkan meningatkan komunikasi dan transportasi. Dalam kondisi kegawatdaruratan, transportasi cepat dan tersedia jauh lebih efektif dibandingkan dengan harus menggunakan ambulans sebagai mobil rujukan karena selain ketersediaan yang masih kurang, tapi juga kendaraan tersebut mahal baik dalam hal pengadaan, bahan bakar, pemeliharaan dan perbaikan. (Soares-oliveira, 2008). Oleh karena itu, pilihan layanan ojek rujukan menjadi penting terutama didaerah terpencil yang sulit akses layanan kesehatan dan transportasinya.
Kemudahan yang dirasakan oleh warga dalam memperoleh jasa layanan ojek tidak memerlukan prosedur khusus yang menyulitkan masyarakat yang membutuhkannya, dapat digunakan kapanpun diperlukan oleh warga atau pun petugas kesehatan karena selain tempat tingal tukang ojek tersebut berada dekat dengan warga, ojek tersebut juga petugas dapat menghubungi mereka lewat hand-phone. Hasanbasri (2012) menyatakan bahwa  keberadaan ojek tersebut sangat membantu masyarakat setempat terutama yang berada didaerah sulit dalam memperoleh pelayanan kesehatan karena sifatnya mampu menjangkau daerah dengan kondisi jalan dusun yang cukup sulit dan sempit serta jarang dijangkau transportasi umum lainnya.
Ambulans dengan mengunakan sepeda motor sebagai rujukan ke fasilitas kesehatan merupakan altenatif yang efektif (Patel, 2010). Keberadaan mereka dapat diterima oleh masyarakat dan masyarakat dapat menjangkau biaya transportasi karena tarif yang dikenakan bersifat fleksibel dibandingkan harus menyewa mobil yang sudah pasti jauh lebih mahal dan tidak mampu menjangkau daerah-daerah sulit. (Tubaei & Pourmohammadi, 2009). Akan tetapi, hal yang perlu diingat adalah keselamatan saat menggunakan layanan ojek rujukan tersebut, dalam situasi dan kondisi cuaca buruk bisa mengganggu penumpang dan pengendara motor, sehingga penting untuk diberikan training, penggunaan alat pelindung diri untuk mengurangi cedera fisik akibat kecelakaan dan kondisi lingkungan dan cuaca.(Soares-oliveira, 2008)
Berikut salah satu contoh penggunaan sepeda motor sebagai ambulans rujukan yang terdapat di Afrika. Eksistensinya sangat membantu ibu-ibu miskin dipelosok untuk menjangkau fasilitas kesehatan. Selain itu,dibuat atap agar terlindung dari terik matahari atau hujan dan tempat berpengang bagi ibu hamil. Ambulans dengan gaya motor –becak sangat membantu menjemput lalu mengantar ibu hamil yang akan melahirkan ke fasilitas kesehatan. Kendaraan tersebut lebih efektif dan efisien. Di Afrika, tujuan keberadaan sepeda motor  agar ibu hamil mendapatkan layanan kesehatan.

Kondisi geografis dan jaringan transportasi umum yang tidak tersedia adalah kendala yang dialami oleh ibu-ibu hamil miskin dan terpencil untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Menurut Hasanbasri (2012), layanan kesehatan didaerah terpencil bisa berfungsi dengan bentuk partisipasi masyarakat dalam menyediakan jasa antar roda dua "ojek". Modal sosial dan kesadaran manajemen puskesmas untuk terbuka dan bekerjasama dengan masyaraat menjadi kunci dalam keberhasilan dari community based health services untuk pedesaan. Manajer fasilitas kesehatan dipelosok tanah air bisa mengambil best practices dalam memanfaatkan modal sosial yang sangat membantu menyelesaikan kesulitan akses memperoleh pengobatan yang efektif.


 


 


 




 

Level analisis
Input
Proses
Output
Efektifitas
Efisiensi
Masyarakat
Ambulans desa, kendaraan masyarakat, perahu  nelayan, alat komunikasi (HP), kader kesehatan
-  Pengendara sepeda motor atau boat pancung menjemput ibu hamil yang akan melahirkan ke fasilitas kesehatan.
-  Kader menginfokan ke fasilitas kesehatan by telepon terkait ibu hamil yang dibawah ke fasilitas kesehatan
-  Menyiapkan sarana polindes, memberikan bantuan berupa tenaga dan dana bagi kelaurga yang membutuhkan.
Shuttle service   atau layanan ojek rujukan

Layanan komunikatif

Menggunakan sepeda motor milik warga yang selalu siap 24 jam menjemput dan mengantar ibu hamil ke fasilitas kesehatan karena pengendara sepeda motor dari warga setempat merupakan bagian yang paling dekat dari ibu hamil untuk memfasilitasi ke layanan kesehatan.
Ojek lebih mudah ditemukan dan lebih cepat karena dekat dengan warga.
Layanan ojek rujukan bisa membantu pasien berkomunikasi dengan petugas kesehatan
Biaya yang dikelaurkan oleh ibu hamil lebih murah dibandingkan dengan harus menggunakan mobil.
Layanan ojek rujukan lebih mudah dicari dan mudah bisa sampai ke fasilitas kesehatan

 

Puskesmas
Sepeda motor milik warga, Ambulans puskesmas,  alat kominikasi (hand-phone), boat pancung
-        Tenaga kesehatan melakukan kunjungan di rumah ibu hamil yang akan melahirkan
-        Ibu hamil yang  bukan risti dapar melahirkan dipuskesmas sesuai dengan SOP
-        Jika, ibu hamil tidak bisa ditangani di Pusesmas maka tenaga kesehatan secepatnya berkomunikasi dengan handphone dalam proses rujukan
-  Layanan ojek rujukan
-  Home visit
-  Health care in public facility
Ojek rujukan lebih cocok di pedesaan.
Layanan ojek rujukan selalu stay   24 jam untuk  menjemput ibu hamil melahirkan ke fasilitas kesehatan.
Ojek rujukan bisa membantu tenaga kesehatan untuk berkomunikasi dengan ibu hamil atau keluarga.
Ojek rujukan dapat membawah tenaga kesehatan ke rumah ibu hamil yang gawat.
Jasa ojek rujukan lebih murah.
Bahan bakar yang digunakan untuk  kendaraan bermotor lebih irit dibandingkan mobil.
RSU
Pendanaan, tenaga kesehatan, peralatan kesehatan dan obat, ketersediaan SOP
Data Risti dari Puskesmas sampai ke Dinas Kesehatan – dinas kesehatan menembuskan data tersebut ke RS dan melakukan apa yang disebut sebagai koordinasi untuk mengelolah ibu-ibu Risti- rumah sakit dapat menyiapkan segala fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan agar kesannya "tiba masa tiba akal"- pada saat HPL (Hari perkiraan lahir) ibu hamil tersebut dijemput oleh dinas kesehatan atau dapat menggunakan ambulans puskesmas- ibu dan bayi selamat setelah pulang kerumah tetap dipantau oleh dokter, bidan dan perawat terlatih.

Coordination intagrated care for emergency care in hospital
Ibu hamil yang beresiko tinggi dapat terselamatkan sebelum  melalui koordinasi antar pusekesmas- Dinas Kesehatan- Rumah sakit.
Biaya yang digunakan oleh ibu hamil untuk melahirkan normal dengan bantuan tenaga kesehatan profesional jauh lebih murah dibandingkan dengan harus melakukan operasi.



                                                          

DAFTAR PUSTAKA

BPS, & ICF. (2013). Demographic and Health Survey 2012.
Hasanbasri, M. (2012). Use of Community-based Motorcycle Ambulance for Referral : a Case Study in a Health Center in North Lombok Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 15 (01)(October), 31–39.
Hofman, J. J., Dzimadzi, C., Lungu, K., Ratsma, E. Y., & Hussein, J. (2008). Motorcycle ambulances for referral of obstetric emergencies in rural Malawi : Do they reduce delay and what do they cost ? Sciencedirect, 191–197. http://doi.org/10.1016/j.ijgo.2008.04.001
Hogan, M. C., Foreman, K. J., Naghavi, M., Ahn, S. Y., Wang, M., Makela, S. M., Murray, C. J. (2010). Maternal mortality for 181 countries, 1980-2008: a systematic analysis of progress towards Millennium Development Goal 5. The Lancet, 375(9726), 1609–1623. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(10)60518-1
Kassebaum, N. J., Bertozzi-Villa, A., Coggeshall, M. S., Shackelford, K. a., Steiner, C., Heuton, K. R., Lozano, R. (2014). Global, regional, and national levels and causes of maternal mortality during 1990-2013: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2013. The Lancet, 384(Maternal Mortality), 980–1004. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(14)60696-6
KIA, K. K. (2015). Inovasi-Inovasi Dalam Program Penurunan Kematian Ibu dan Bayi. (Trisnantoro Laksono, Ed.). Yogyakarta, Indonesia.
Patel FN, E. M. (2010). Motorcycle ambu- lance: a cheaper and faster alternative. Indian Journal of Applied Basic Medical Sciences, 12B(15).
Soares-oliveira, M. (2008). Medical emergency motorcycles : are they safe ? ´ udia C . Kiefe and Miguel Soares-Oliveira, 40–42.
Tubaei, F., & Pourmohammadi, K. (2009). The Efficiency of Motorlance in Comparison with Ambulance in Shiraz , Southern Iran, 11(3), 330–333.
WHO, ICM, & FIGO. (2004). Making pregnancy safer : the critical role of the skilled attendant. World Health Organization, ISBN 92 4 159169 2.


8 comments:

Unknown said...

Bagus sekali pak Rahman atas editorial nya. Saya ingin mendiskusikan, penggunaan motor sebagai transportasi darurat medis. Mobil ambulan yang operasional, selain untuk transportasi juga berfungsi untuk keselamatan darurat. Jadi dibekali oleh peralatan yang sesuai dan asisten/perawat yang menyertai. Bagaimana fungsi Sarpras itu dapat dipenuhi oleh motor ambulan (patient safety) ketika berada di atas motor tersebut secara medis? (-Ketika dalam perjalanan-). Terima kasih atas diskusinya pak Rahman....

Pak Mub said...

Artikel Mas Shofan tidak dikutip dengan benar. Saya bukan penulis utama.

Susilaningsih said...
This comment has been removed by the author.
Susilaningsih said...
This comment has been removed by the author.
Susilaningsih said...

Maaf kedelet m rahman..tadi saya menulis,bahwa setuju dg pertanyaan mbak defi.Ambulan motor memang praktis,tetapi apabila digunakan membawa bumil dalam keadaan emergensi menurut saya juga kurang memungkinkan.karena kondisi ibu yang harus stabil atau dalam perjalanan perlu resusitasi..ambulan motor bisa digunakan untuk persalinan normal dan rujuka elektif.Tk

Mubasysyir Hasanbasri said...

terima kasih sarannya pak...nanti sya revisi lagi pak...

bu susi dan bu devi...memang layanan ojek rujukan efektif untuk persalinan normal... tetapi untuk kondisi yang tidak normal pun bisa. oleh dinas helath provide menjalin kerjsama dengan mereka...tetatpi jangan pada saat melahirkan... tetapi provider sesuai dengan HPL, sebelum ibu melahirkan, ibu hamil sudah harus dijemput bisa dengan menggunakan jasa ojek tadi.

berdasarkan bacaan saya... dinegara- negara Afrika ambulan motor dengan menggunakan jasa ojek ini sudah menjadi proyek dan dampaknya luar biasa. jadi di Afrika itu, tukang ojek ini diberikan training dan setting an motor begtu agronomis untuk ibu hamil. modelnya seperti becak. sehingga kemungkinan tenaga kesehatan bisa mendampingi dan mengatasi ibu hamil selama perjalanan menuju fasilitas kesehatana rujukan. terima kasih

Mubasysyir Hasanbasri said...
This comment has been removed by the author.
Susilaningsih said...

Tk.berarti bukan dalam keadaan gadar..tp u ibu hamil risti..dan koreksi..bukan agronomis.tetapi ergonomis mgk yg dimaksud p rahman.tk