Strategi Partnership/Kemitraan
Partnering Urban Academic Medical Centers And Rural Primary Care Clinicians To Provide Complex Chronic Disease Care
Health Affairs on May 20, 2011
By Sanjeev Arora, Summers Kalishman, Denise Dion, Dara Som, Karla Thornton, Arthur Bankhurst,
Jeanne Boyle, Michelle Harkins, Kathleen Moseley, Glen Murata, Miriam Komaramy, Joanna Katzman, Kathleen Colleran, Paulina Deming, and Sean Yutzy
Oleh Fury Maulina
Health Policy and Management, Universitas Gadjah Mada, Indonesia
Partnership merupakan poin utama yang dikembangkan oleh project ECHO (Extension for Community Healthcare Outcomes) di Meksiko (Arora et al. 2011). Proyek ini bertujuan membantu meningkatkan kualitas pelayanan perawatan penyakit kronis khususnya pada pasien yang tinggal di daerah terpencil. Proyek ECHO memungkinkan spesialis di University of New Mexico Health Sciences Center untuk bermitra dengan dokter di pelayanan primer untuk memberikan perawatan khusus bagi pasien dengan hepatitis C, asma, diabetes, HIV / AIDS, obesitas pada anak, penyakit kronis lainnya, gangguan penggunaan zat, rheumatoid arthritis, kondisi kardiovaskular, dan penyakit mental.
Gagasan ini muncul karena rendahnya akses masyarakat. Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil memiliki hambatan dalam akses, seperti jarak yang jauh, tidak ada transportasi, atau hambatan lainnya, sehingga mereka sulit mendapatkan pelayanan oleh dokter spesialis atau ke rumah sakit utama, atau alasan lain seperti kemiskinan, tidak memiliki jaminan kesehatan, hambatan sosial lainnya, kultural, bahasa dan tentunya masalah finansial.
Proyek ini memfasilitasi perawatan kesehatan dengan ber-partner pada dokter spesialis di rumah sakit akademik. Kegiatan virtual grand rounds atau teleclinics (metode videoconference) memberikan kesempatan kedua pihak bertukar informasi penyakit pasien. Selain bertukar informasi, proyek ini juga bermanfaat sebagai media continuing education bagi dokter yang bertugas di pedesaan.
Artikel ini sangat menarik, memberikan contoh riil bentuk partnership antara instansi pendidikan dengan pelayanan kesehatan primer. Model partnership ini dikembangkan atas keprihatinan dokter spesialis di instansi pendidikan kedokteran pada persebaran dan pengobatan hepatitis C yang sangat melelahkan dan membutuhkan perhatian yang besar oleh dokter spesialis (alasan awal kemitraan ini dimulai). Untuk mengatasi hal tersebut para inisiator (dokter spesialis di rumah sakit akademik setempat) membentuk konsep partnership yang menghubungkan para dokter spesialis dengan dokter di pelayanan primer yang bertugas di pedesaan atau daerah terpencil.
Tingginya permintaan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis serta keterbatasan pengetahuan dan sarana pendukung di pedesaan dan daerah terpencil membuat kerja dokter di pelayanan primer menjadi terbatas. Tidak ada cara lain selain merujuk pasien kepada dokter spesialis yang letaknya jauh atau sangat jauh. Keterbatasan finansial dan jarak yang jauh ini membuat pasien terbengkalai (delayed).
Adanya proyek ini telah membawa manfaat bagi kedua pihak. Manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut:
a. Manfaat secara klinis (kesembuhan dan kemudahan konsultasi)
b. Pengumpulan data pasien (hepatitis C dan penyakit kronis lainnya) dan observasi mingguan penyakit;
c. Kepuasan pasien, kesempatan berharga dapat 'mempresentasikan' sakit yang dialaminya didepan dokter spesialis secara langsung (virtual);
d. Data tahunan penyakit kronis;
e. Keperluan survei rutin;
f. Continuing education;
g. Meningkatkan pelayanan profesional;
h. Self efficacy; dan
i. Meningkatkan sistem feedback dan evaluasi.
Proyek ECHO menekankan pada 3 hal yaitu pertama, pemberian pelayanan kesehatan. Dokter di pelayanan primer dapat memberikan pelayanan pemeliharaan penyakit kronis atas sepengetahuan dan instruksi dokter spesialis. Hal ini tentunya menambah keyakinan pasien dan menjamin pengobatan yang adekuat serta evidence-based medicine. Kedua, pendidikan. Hubungan yang terjadi secara intensif antara dokter spesialis dan dokter serta staf lain (perawat, dan lain-lain) di pelayanan primer akan menjadi bentuk dari transfer knowledge. Adanya peningkatan pengetahuan dan contuing medical education (CME) merupakan hal yang positif khususnya bagi tenaga medis dan paramedis di daerah pedesaan dan daerah terpencil yang umumnya sulit untu meng-up date ilmunya karena alasan jarak, waktu maupun finansial. Dokter spesialis juga mendapatkan informasi dan data yang menarik karena adanya bentuk follow up dan monitoring langsung dari dokter di 'lapangan'. Ketiga, evaluasi. Dalam prosesnya akan ditemukan kesulitan dan hambatan, hal ini memerlukan metode evaluasi yang baik. Adanya gangguan pada salah satu komponen akan berdampak pada outcome, misalnya terdapat gangguan pada jaringan internet saja akan mempengaruhi jalannya proses pelaporan kondisi pasien sehingga proyek ini sangat mementingkan supervisi dan evaluasi dari kedua pihak.
Banyaknya komponen input, proses yang terstruktur dan output yang terukur memerlukan manajemen yang baik. Proyek ini akan menuntut kedua pihak agar memiliki manajemen yang baik. Satu saja komponen luput akan mempengaruhi satu sama lain. Hal penting lainnya adalah melihat aspek sustainability. Proyek ini membutuhkan dana yang besar. Adanya keterlibatan stakeholder memungkinkan kemudahan dalam hal pendanaan. Selain itu keterlibatan aktif stakeholder dari rumah sakit akademik setempat secara tidak langsung sebenarnya telah memberikan contoh proses pembelajaran tentang leadership, learning proccess, empati serta mengembangkan evidence-based medicine. Dengan membantu memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang serius, rumah sakit akademik telah memperkuat hubungan mereka dengan para pemimpin baik di masyarakat maupun pimpinan di pelayanan kesehatan.
Strategi serupa ditemukan di Amerika. Program CBE (community-based education) merupakan bentuk keterlibatan pemerintah Amerika dalam membantu kesehatan masyarakat di 12 negara di Sub-Sahara Afrika. Bentuk kegiatannya adalah menjalin kerjasama dengan fakultas kedokteran di Amerika untuk mengirimkan mahasiswa kedokteran ke Afrika. Disana mereka terlibat langsung dengan masyarakat setempat dan membantu dalam promosi kesehatan, berinteraksi langsung dengan masyarakat, dan lain-lain (Mariam et al. 2014). Program kemitraan seperti ini akan memberikan manfaat bagi kedua pihak dan tentunya meningkatkan kepedulian pada kesehatan tidak hanya lingkup nasional tetapi juga kerjasama lintas negara.
Strategi yang sama juga diterapkan oleh Department of Pediatrics and Alianza Dominicana yang memberikan pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan anak di New York (Meyer et al. 2005) serta program promosi kesehatan breast health kepada wanita imigran dan petani wanita di pedesaan Meksiko yag diselenggarakan oleh akademisi keperawatan dan pelayanan kesehatan primer di sana (Meade & Calvo 2000).
Partnership mengacu pada perjanjian jangka panjang antara 'perusahaan' untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan yang terpisah namun saling melengkapi. Definisi lain merujuk pada komitmen jangka panjang antara dua atau lebih organisasi untuk mencapai tujuan bisnis yang spesifik dengan memaksimalkan efektivitas sumber daya masing-masing peserta (Bresnen & Marshall 2000). Prinsip yang mendasari partnership adalah sebagai berikut:
a. Membangun hubungan antara mitra ditandai dengan saling percaya, menghormati, genuineness, dan komitmen.
b. Membangun kesepakatan tentang misi, nilai-nilai, dan tujuan untuk kemitraan.
c. Keseimbangan kekuatan dan berbagi sumber daya antara mitra.
d. Menciptakan keterbukaan dan mengembangkan komunikasi yang dapat diakses diantara mitra.
Pencapaian health for all tidak mungkin dilakukan secara sendiri. Pengembangan partnership antara dunia pendidikan dan pelayanan kesehatan dapat menjadi kontribusi yang positif bagi manajemen di pelayanan kesehatan primer, yang umumnya diketahui banyak keterbatasan baik dalam hal sumber daya manusia maupun finansial. Harapannya dengan semakin banyaknya contoh bentuk kemitraan di negara lain akan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi pengembangan kemitraan pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Referensi:
Arora, S. et al., 2011. Partnering Urban Academic Medical Centers and Rural Primary Care Physicians to Provide Complex Chronic Disease Care. Health Affairs, 30(6), pp.1176–1184.
Bresnen, M. & Marshall, N., 2000. Partnering in construction : a critical review of issues, problems and dilemmas. Construction Management and Economics, 18, pp.229–237.
Mariam, D.H. et al., 2014. Community-Based Education Programs in Africa: Faculty Experience Within the Medical Education Partnership Initiative (MEPI) Network. Academic Medicine, 89(Supplement), pp.S50–S54. Available at: http://content.wkhealth.com/linkback/openurl?sid=WKPTLP:landingpage&an=00001888-201408001-00015.
Meade, C.D. & Calvo, A., 2000. Developing community-academic partnerships to enhance breast health among rural and Hispanic migrant and seasonal farmworker women. Oncology Nursing Forum, 28(10), pp.1577–1584.
Meyer, D., Armstrong-Coben, A. & Batista, M., 2005. How a community-based organization and an academic health center are creating an effective partnership for training and service. Academic medicine : journal of the Association of American Medical Colleges, 80(4), pp.327–333. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15793014.
No comments:
Post a Comment