When you're just starting out you're saying, "This place—we could do so much better!" and then you say to yourself, "Well, maybe I'm the one who could do that."
—Community health center medical director—
Leadership dalam organisasi mempengaruhi tujuan, visi, strategi, lingkungan sosial, dan motivasi kerja diantara karyawan (Jan Hana & Kirkhaug, 2014). Telah diakui secara luas bahwa kemajuan sebuah Puskesmas tergantung pada kompetensi administrasi dan leadership yang dimiliki manajer. Dokumen kebijakan nasional dan internasional menyatakan bahwa pemerintahan dan leadership di puskesmas perlu ditingkatkan dan bahwa kebijakan reformasi kesehatan tergantung pada perbaikan leadership di puskesmas (J. A. N. Hana & Rudebeck, 2011). Dalam sejumlah publikasi, WHO menganjurkan pentingnya perbaikan leadership dan keterampilan manajemen ditingkat pelayanan primer (J Hana, Maleta, Kirkhaug, & Hasvold, 2012).
Kehadiran physician leader pada fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberikan dampak positif pada hasil yang diterima pasien (Henochowicz & Hetherington, 2006). Dampak positif berupa perubahan dan perbaikan pelayanan di puskesmas ini memerlukan kepemimpinan yang terlatih, namun faktanya sulit menemukan 'pemimpin' tersebut terlebih pada fasilitas kesehatan di pedesaan sehingga akhirnya tidak ada pilihan lain kecuali mempekerjakan dokter tanpa pelatihan kepemimpinan tersebut. Bahkan penelitian tentang physician leadership pada pelayanan kesehatan masih langka dibandingkan dengan studi yang berasal dari profesi keperawatan (J. A. N. Hana & Rudebeck, 2011).
Why Physician?
American Association for Physician Leadership dalam Angood & Shannon (2014) menyatakan bahwa physician leadership sebagai salah satu dari elemen penting yang diperlukan dalam memberikan patient-centered care yang sesungguhnya. Dokter merupakan sebuah profesi "unik" yang mampu memenuhi syarat ini. Alasannya adalah:
a. Karakteristik yang telah melekat ("do no harm", mengutamakan prinsip evidence-based medicine serta adanya kecenderungan alami untuk fokus pada pasien dan melakukan "what's best for the patient ").
b. Posisi interface professionals, yaitu menghubungkan organization's sharp (pelayanan ) dan blunt ends (manajemen ).
c. Front lines of care, mereka memahami secara mendalam tentang perawatan pasien sehingga dapat menggunakan kemampuan klinis mereka dalam pengambilan keputusan.
Pandangan lain disebutkan oleh Chaudry, Jain, McKenzie, & Schwartz (2008) bahwa dokter merupakan profesi yang tepat untuk berperan dalam kerangka sistem pelayanan kesehatan yang lebih luas. Selain itu O'Riordan & McDermott (2012) menyebutkan bahwa dalam kebijakan kesehatan internasional telah digagaskan bahwa dokter harus
terlibat dalam manajemen kesehatan karena dapat menghubungkan pengetahuan medisnya dalam pertimbangan keputusan; dukungan layanan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi.
terlibat dalam manajemen kesehatan karena dapat menghubungkan pengetahuan medisnya dalam pertimbangan keputusan; dukungan layanan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi.
Model Effective Physician Leader
Pemimpin yang efektif memiliki integritas, ketegasan, kompetensi dan visi. Pemimpin yang baik membuat keputusan yang baik dengan cara yang tepat. Dalam masa krisis dan ketidakpastian, effective physician mampu membuat keputusan yang cepat. Mintzberg dalam Hogan & Kaiser ( 2005) menyebutkan bahwa manajer terlibat dalam setiap pengambilan keputusan serta memiliki keputusan yang berkualitas. Kondisi ini merujuk kepada profesi dokter yang telah dilatih untuk menjadi pemikir independen, ilmiah dan profesional yang mampu memberikan keputusan pada saat darurat (Henochowicz & Hetherington, 2006). Selain itu , ia harus memiliki emotional quotient berupa self-awareness, self-management, social awareness serta relationship mnagement (Henochowicz & Hetherington, 2006 dan Chaudry et al., 2008).
Model physician leader yang berkualitas akan memainkan peran kunci dalam keberhasilan puskesmas dan mampu melakukan perbaikan dan konsisten mengatasi tantangan (Markuns, Culpepper, & Halpin, 2009). Physician leader yang tidak berpengalaman dalam hal administrasi serta kurangnya pelatihan leadership akan menyebabkan mereka tidak bertahan sebagai manajer di puskesmas. Meskipun diketahui masih kurang sekali ditemukan guidance yang menunjukkan bagaimana mencetak seorang physician leader (Markuns, Fraser, & Orlander, 2010).
Sheaff dalam Brazier (2006) menjelaskan bagaimana manajer profesional mampu bekerja dalam birokrasi. Manajer mempertahankan hard governance, meskipun terkadang manajemen yang soft dapat merusaknya . Dalam pelayanan kesehatan, berbagai tools manajemen digunakan untuk mengontrol kegiatan profesional lainnya melalui perantara, seperti clinical directors.
Gaya kepemimpinan di puskesmas dapat pula mengikuti teori hierarchical taxonomy of leadership style. Yukl, Gordon, & Taber (2002) yang menyebutkan bahwa terdapat tiga leadership style yaitu a) Task style, yang menekankan pada efisiensi dan handal dalam operasi, produk dan jasa; b) Relations style, adanya komitmen yang kuat, saling percaya dan kerjasama; dan c) Change style, mengutamakan perbaikan besar yang inovatif dan adaptasi terhadap perubahan eksternal. Gaya kepemimpinan lainnya dapat berupa transformational style dan transactional style. Transactional style lebih umum digunakan (Judge & Piccolo, 2004).
Brazier, D. K. (2006). Influence of contextual factors on health-care leadership. Leadership & Organization Development Journal, 26( 2), 128–140.
Chaudry, J., Jain, A., McKenzie, S., & Schwartz, R. W. (2008). Physician Leadership: The Competencies of Change. Journal of Surgical Education, 65( 3), 213–220. http://doi.org/10.1016/j.jsurg.2007.11.014
Hana, J. A. N., & Rudebeck, C. E. (2011). Leadership in rural medicine : The organization on thin ice ? Scandinavian Journal of Primary Health Care, 29( January), 122–128. http://doi.org/10.3109/02813432.2011.577148
Hana, J., & Kirkhaug, R. (2014). Physicians' leadership styles in rural primary medical care: How are they perceived by staff? Scandinavian Journal of Primary Health Care, 32( 1), 4–10. http://doi.org/10.3109/02813432.2013.874083
Hana, J., Maleta, K., Kirkhaug, R., & Hasvold, T. (2012). "PHC leadership: are health centres in good hands? Perspectives from 3 districts in Malawi". Malawi Medical Journal : The Journal of Medical Association of Malawi, 24( 3), 46–51. Retrieved from http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3576831&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
Henochowicz, S., & Hetherington, D. (2006). Leadership coaching in health care. Leadership & Organization Development Journal, 2( 3), 183–189.
Hogan, R., & Kaiser, R. B. (2005). What We Know About Leadership. Review of General Psychology, 9( 2), 169–180. http://doi.org/10.1037/1089-2680.9.2.169
Judge, T. a., & Piccolo, R. F. (2004). Transformational and Transactional Leadership: A Meta-Analytic Test of Their Relative Validity. Journal of Applied Psychology, 89( 5), 755–768. http://doi.org/10.1037/0021-9010.89.5.755
O'Riordan, C., & McDermott, A. (2012). Clinical managers in the primary care sector: do the benefits stack up? Journal of Health Organization and Management, 26( 5), 621–640.
3 comments:
Physician leadership..Ulasan yg ditulis berdasarkan refferensi bahwa idealnya Puskesmas dipimpin oleh seorang dokter.Tetapi saya berpikiran dan berdasarkan bukti bahwa terjadi pengunduran diri para kepala puskesmas yg nota bene berprofesi dokter dan drg di kulonprogo dan gunung kidul.karena mereka merasa tdk bs menjalankan profesinya secara maksimal,krn kesibukan di managemen.bagaimana dg realita tsb mnrt mbak furry.atau justru bisa menjadi sampel penelituan ..kepala pusk yang dr dan yg bukan dr.hehe.tk
Fury,
Saya kira tulisan ini perlu memuat satu paragraf tentang kondisi Indonesia, terutama ketika puskesmas tidak dipimpin oleh dokter. Saya menangkap pesan bahwa paper ini berupaya menunjukkan kelebihan dokter dibanding dengan tenaga kesehatan lain sebagai kepala puskesmas.
Cari 2-5 paper Indonesia berkaitan dengan hal itu.
Paper kecil ini patut dimuat di jurnal kedokteran atau di bulletin litbangkes? Carilah artikel yang relevan di jurnal tempat anda akan kirim paper ini agar terdapat sambungan pemikiran dengan yang sebelumnya.
Terima kasih..
malam ini saya iseng membuka blog saat kuliah S2 dulu, menarik juga melanjutkan aktivitas menulis di blog. Terima kasih atas komentar pada artikel ini
Post a Comment